Sore
kemarin bus Borobudur melaju perlahan membawaku pulang, banyuwangi. Sekarang
aku menyadari, duduk diam di dalam bus adalah hal yang aku benci. Meskipun
earphone sudah kupasang di kanan kiri, dan musik tak berhenti mengisi rongga
telingaku. Hal ini tidak membuat pikiranku berhenti berfikir atau bahkan
menyatu dengan music dan playlist lagu favorit ku. Aku membuat telingaku ramai
oleh suara music, aku berharap pikiran dan imajinasiku bisa berhenti sesaat.
Tapi aku tak pernah bisa.
Aku pulang..aku akan bertemu keluarga, kecuali ibu.
Iya..Sampai saat ini pun aku harus menunggu untuk beretemu ibu. Untuk saat ini
Cuma harapan yang bisa aku rasakan, berharap tiba di rumah di sambut oleh ibu,
menyantap masakannya yang meskipun semakin terasa seperti masakan-masakan
chinese food. Bu…aku janji tak akan lagi berkomentar tentang rasa masakanmu,
aku janji akan menyantapnya dengan lahap!.
Sampai sekarang aku belum merasakan betah di rumah,
walaupun kenyataannya aku dari dulu adalah anak rumahan, tapi rumah menjadi
sangat membosankan. Entah kenapa. Sampai saat ini pun..ketika aku dari jember
dan pulang kerumah, rumah tetap sangat berasa kosong. Bu..rumah akan sangat
hidup ketika ibu dirumah.
Air hujan mulai merembes di jendela kaca bus, membentuk
alur-alur tak beraturan. Bus mulai menuruni jalan gumitir dan aku masih
bertahan dengan earphoneku. Memeluk erat ransel dan sesekali membuka dan
menutup mata. Dan kali ini aku merindukan sosok lain selain ibu. Sosok yang
belakangan ini menjadi sosok yang juga aku rindukan selain dan yang kurindu sperti
aku merindu rumah yang hidup.
Kita tak bisa beretemu dalam dua minggu ini, but I hope
everything will go well. Entah itu keadaan dan perasaan kita masing-masing.
Semoga aku juga akan mendapatkan selalu rumah di hati itu, begitupun juga
sebaliknya. Rumah dimana aku harus kembali pulang saat lelah berjalan jauh.
Hati juga seprti itu kan..? karena, terkadang keinginan kuat untuk pergi sangat
terasa saat jenuh. 04/05/2016